Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal. Pada hari Selasa lalu, PSSI Pers mengadakan diskusi turun minum dengan para pemangku kepentingan sepak bola di Indonesia. Diskusi ini diinisiasi oleh PSSI Pers sebagai upaya untuk mendengarkan dan memahami masukan dari berbagai pihak terkait perkembangan sepak bola nasional.

Salah satu topik yang dibahas dalam diskusi tersebut adalah tentang kebijakan naturalisasi pemain. Menpora Dito, yang juga hadir dalam diskusi tersebut, menyampaikan bahwa kebijakan naturalisasi bukanlah untuk matikan pembinaan pemain lokal.

Menpora Dito menjelaskan bahwa naturalisasi pemain dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas tim nasional. Dengan mengandalkan pemain naturalisasi yang memiliki pengalaman dan kualitas yang lebih baik, diharapkan tim nasional bisa tampil lebih kompetitif di tingkat internasional.

Namun, Menpora Dito juga menekankan bahwa pembinaan pemain lokal tetap menjadi prioritas utama. Pemerintah dan PSSI Pers akan terus berupaya meningkatkan infrastruktur dan program pembinaan pemain di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencetak pemain-pemain lokal yang berkualitas dan mampu bersaing di level nasional maupun internasional.

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Menpora Dito juga mengajak semua pihak terkait untuk bersama-sama mendukung program pembinaan pemain lokal. Dengan adanya dukungan dari masyarakat, klub, dan pemerintah, diharapkan pembinaan pemain lokal bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan pemain-pemain berkualitas.

Selain itu, dalam diskusi tersebut juga dibahas mengenai pengembangan sepak bola di daerah. Menpora Dito menekankan pentingnya pengembangan sepak bola di daerah agar potensi pemain lokal bisa lebih tergali. Pemerintah akan terus memberikan dukungan dan bantuan kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sepak bola.

PSSI Pers juga menyampaikan terima kasih atas partisipasi aktif para pemangku kepentingan dalam diskusi tersebut. Diskusi turun minum ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat kerjasama antara PSSI Pers dengan pemerintah, klub, dan masyarakat dalam memajukan sepak bola Indonesia.

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Sebagai penutup, Menpora Dito mengajak semua pihak untuk terus mendukung dan berkontribusi dalam pembinaan pemain lokal. Dengan kerjasama yang solid, diharapkan sepak bola Indonesia dapat meraih prestasi yang gemilang di kancah internasional.

Jakarta: Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo mengapresiasi acara Diskusi Turun Minum dengan tema “Naturalisasi Pemain, Mereduksi atau Memotivasi?” di Media Center Kemenpora, Jakarta, Kamis (21/12) sore.

“Saya mengapresiasi PSSI Pers yang sudah menginisiasi acara diskusi dengan tema Naturalisasi Pemain, Mereduksi atau Memotivasi. Saya lihat belakangan ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat khususnya penggemar bola terkait hal ini,” ucap Menpora Dito.

Menurutnya, secara garis besar bahwa, naturalisasi ini bukan untuk mematikan pembinaan lokal. Namun Kemenpora ingin  mengumpulkan potensi yang dimiliki oleh para Diaspora.

“Jadi naturalisasi atlet yang dilakukan di berbagai cabang olahraga tetap memastikan bahwa atlet bersangkutan memiliki aspek keturunan dari orang Indonesia,” ucapnya Menpora Dito.

Untuk itu, kata Menpora Dito, Kemenpora terus memperkuat basis data terkait keberadaan warga diaspora di luar negeri yang benar-benar merupakan keturunan tingkat pertama.

Naturalisasi Bukan untuk Matikan Pemain Lokal

Dito menambahkan, naturalisasi atlet juga sebagai upaya memberikan hak kepada warga keturunan orang Indonesia karena orang tua mereka juga menginginkan agar anaknya dapat membanggakan Indonesia.

“Jadi ini salah satu cara olahraga kita bisa bersaing di internasional dan mereka (atlet naturalisasi) bisa membawa kultur di tempat mereka saat ini bisa menular juga ke atlet lokal karena selain dari performa, aspek ini juga sangat berpengaruh,” katanya.

“Selain itu, naturalisasi ini untuk  memberikan hak yang sama. Jadi intinya kita ingin memberikan hak yang sama kepada Diaspora, namun demikian pembinaan lokal tidak akan hilang. Justru pembinaan lokal akan kita padukan dengan potensi Diaspora,” tutupnya.

Diskusi yang diinisiasi oleh PSSI Pers tersebut menghadirkan narasumber komentator sepak bola Tommy Welly, Tenaga Ahli Potensi Pemuda dan Diaspora Hamdan Hamedan, Arya Sinulingga (anggota Exco PSSI) dan Sekjen Presidium Nasional Suporter Sepak bola Indonesia (PNSSI) Richard Achmad.

menpora

Jejak Sejarah Kelembagaan Kemenpora dari masa ke masa

Tonggak sejarah kelembagaan yang mengurusi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan sebenarnya sudah ada sejak masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana penelusuran tim tentang sejarah pengelolaan kegiatan olahraga dan pemuda oleh negara diketahui pada susunan Kabinet pertama yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945. Kabinet yang bersifat presidensial memiliki Kementerian Pengajaran yang dipimpin oleh Menteri Ki Hajar Dewantoro. Kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada di bawah Menteri Pengajaran. Istilah pendidikan jasmani dipergunakan dalam lingkungan sekolah sedangkan istilah olahraga digunakan untuk kegiatan olahraga di masyarakat yang berupa cabangcabang olahraga. Usia kabinet pertama yang kurang dari tiga bulan kemudian diganti dengan Kabinet II yang berbentuk parlementer di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang dilantik pada tanggal 14 November 1945.

Tangan Kanan MengepalMerupakan wujud Tekad, Semangat, Kokoh, Teguh, Kemauan kuat Pemuda untuk menjaga Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta Bhineka Tunggal Ika

Tiga pilar pada tangan mengepal : mempunyai makna ketiga peristiwa sejarah yaituKebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928 dan Kemerdekaan Indonesia 1945 yang Pelaku utamanya adalah Pemuda.

Warna Biru : mempunyai makna lambang/simbolik : Keliasan Pandangan dan Pikiran, Smart, Bergerak Maju, Inovatif dan Inspiratif, Kedewasaan, Kematangan, Penguasaan Ilmu Pengetahuan, dan Dinamis